Minggu, 11 Januari 2009

PEMBANGKIT LISTRIK BEBAS BBM

By Deddy http://deddysuhendry.web.id

Seperti yang telah kita ketahui bersama harga BBM dunia pada semester pertama tahun ini mengalami lonjakan yang sangat tinggi, dari $80 per-barel menjadi sekitar $120 - $130 per-barel, hal ini tentu saja berpengaruh besar pada kondisi dalam negeri kita, sampai akhirnya pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN, terlepas dari pro-kontra kenaikan harga minyak itu, dalam postingan kali ini saya ingin membahas alternatif listrik non-BBM.

Energi listrik yang berasal dari BBM, dalam hal ini pembangkitnya memakai BBM untuk beroperasi memang lebih banyak kekurangannya, beberapa diantaranya :

  1. BBM berasal dari fosil, sehingga proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama (berabad-abad). Diskontiniu jika sudah habis di eksplorasi.

  2. Pembangkitnya menimbulkan polusi dan berpengaruh besar terhadap keselamatan atsmosfir kita, tidak ramah lingkungan.

  3. Harga BBM yang terus meroket, mengakibatkan produksi listrik juga bernilai tinggi, kalau tidak disubsidi masyarakat tidak akan mampu membelinya. Ekonomi biaya tinggi.

  4. Kondisi terakhir di Indonesia, beberapa daerah mengalami pemadaman listrik bergilir yang sebagian diantaranya disebabkan oleh krisis BBM, terutama daerah yang pembangkitnya 100% memakai BBM, yakni Genset. Hal ini dialami sebagian besar daerah di Kawasan Timur Indonesia.

Untuk skala rumah tangga, dimana pemakaian listrik rata-rata 1300 - 3000 Watt, sebenarnya ada alternatif sumber listrik non BBM, dalam postingan kali ini saya hanya akan membahas 2 alternatif, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA / Wind Power).

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Merupakan pembangkit yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Energi matahari yang dianugerahkan Tuhan untuk kita. Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic atau yang disebut secara umum Modul / Panel Solar Cell.

Solar Cell

Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena perbedaan electron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan ampere yang diperlukan.

Rata-rata produk modul solar cell yang ada dipasaran menghasilkan tegangan 12 s/d 18 VDC dan ampere antara 0.5 s/d 7 Ampere. Modul juga memiliki kapasitas beraneka ragam mulai kapsitas 10 Watt Peak s/d 200 Watt Peak, juga memiliki type cell monocrystal dan polycrystal. Komponen inti dari sistem PLTS ini meliputi peralatan : Modul Solar Cell, Regulator / controller, Battery / Aki, Inverter DC to AC, Beban / Load.

Modul Solar CellDi pasaran biasanya dijual dalam bentuk paket, tergantung besar watt nya. Pemakaiannya dapat juga dikombinasikan dengan listrik dari PLN. Pada umumnya digunakan untuk lampu-lampu penerangan di rumah, kantor, tempat ibadah, tempat umum dan yang lagi trend dipakai untuk traffic light / lampu merah.

Instalasi, untuk memasang PLTS, sebenarnya tidak terlalu susah, dapat dikerjakan sendiri kok, komponen utama Solar Panel dipasang menghadap sinar matahari dengan intensitas tinggi, selanjutnya hubungkan dengan Battery untuk media penyimpan energi (arus DC), untuk pemakaian arus AC kita bisa menghubungkan dengan DC to AC Converter dan siap digunakan untuk keperluan rumah tangga (Lampu, TV, Kulkas, dsb). Ingat besaran dayanya, jangan sampai overload.

Harga, inilah yang menjadi kendala utama, investasi awalnya cukup besar, tetapi kalau dihitung dengan penggunaan listrik dari PLN untuk beberapa tahun, tentu bisa sangat hemat, umur ekonomis Solar Panel bisa lebih dari 10 tahun, yang agak singkat Battery (kurang lebih 2 tahun) dan DC to AC Converter (tergantung kualitas perangkatnya). Untuk 50 Watt Peak (wp), dipasaran dijual paket lengkap seharga Rp. 3 juta - Rp. 4 juta. Untuk 100 wp Rp. 4 juta - Rp. 6 juta. Harga Battery bervariasi tergantung merk, biasanya untuk 100 AH sekitar Rp. 1 juta, demikian juga dengan DC-AC Converter harga nya tergantung kapasitas (watt) dan merknya.

Rumah Hemat Energy

Rumah Hemat Energy

Tips untuk membangun PLTS ini, khususnya untuk konsumsi rumah tangga :

  1. Hitunglah terlebih dahulu pemakaian real di rumah kita, bisa dihitung dari informasi di masing-masing peralatan (spt TV, kulkas, dll) atau diukur pemakaiannya dengan Clamp Meter (diukur besar kuat arusnya).
  2. Setelah dihitung, tentukan apakah PLTS dipakai sebagai sumber listrik utama, backup atau kombinasi, karena akan mempengaruhi sistem instalasinya nanti. Kalau saya memilih untuk dipakai secara kombinasi dengan PLN, sehingga sedikit demi sedikit bisa mengurangi ketergantungan pada PLN. Misal, kita beli paket 100 wp untuk lampu dulu, kemudian kalau punya uang lagi beli yang 300 wp untuk TV, dst. Terakhir, kita minta orang PLN untuk memutus PLN di rumah kita, he..he..keren kan.

Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power)

Sesuai dengan namanya adalah pembangkit yang memanfaatkan tiupan angin sebagai sumber penghasil listrik. Keren ya, angin bisa jadi listrik, gimana caranya ?. Komponen utama Wind Power adalah Blade (Baling-Baling) yang berputar oleh tiupan angin, putaran blade ini di kopel dengan generator listrik (generator mengubah energi mekanik menjadi listrik).

Pembangkit ini lebih effisien dari pada pembangkit listrik tenaga surya didalam menghasilkan listriknya, karena dapat beroperasi siang malam, yang penting ada angin (PLTS hanya siang), terus di kopel dengan generator, artinya pada saat ada angin, sumber listrik didapat langsung dari generator, bukan dari battery backupnya.

System Wind Power

Blade Part

Pembangkit wind power yang ada dipasaran memiliki kapasitas watt per jam 200, 400, 500, 1000, 2000 dan 3000 Watt. Pembangkit ini tidak sembarang dapat digunakan karena medan yang akan dipasang harus memiliki hembusan / kecepatan angin yang tinggi dan stabil. Untuk menggerakan blade / baling-baling agar bisa berputar saja harus memiliki kecepatan angin 2 meter/detik dan untuk menghasilkan listrik yang stabil sesuai kapasitas generatornya rata-rata 6 s/d 10 meter / detik.

Pembangkit ini bisa digunakan untuk skala kecil, menengah dan besar karena arus yang dihasilkan dalam 1 jam lebih besar serta membutuhkan investasi yang lebih murah ketimbang PLTS. Daerah yang cocok digunakan pembangkit ini adalah daerah pantai, pesisir, pegunungan.

Instalasi juga tidak terlalu susah, akan tetapi sedikit memerlukan kemampuan mekanik dan listrik. Mengenai harga, kalau buatan pabrik di pasaran masih sangat mahal, tetapi menurut pak Sugio - sang perancang pembangkit listrik tenaga air dan angin yang berasal dari Balikpapan, menurut perhitungan beliau, 1 (satu) kincir angin dengan kapasitas 1500 watt memerlukan biaya antara Rp 17 juta s/d Rp 25 juta. Jika dikonversi maka investasinya sekitar US $ 1.250 per kw. Kincir angin Bapak Sugio ini sudah banyak dipakai di beberapa daerah di Indonesia, pada umumnya di pakai di kompleks perumahan, warganya iuran untuk membangun beberapa kincir, sehingga biaya investasi dapat lebih terjangkau.

Sayangnya perhatian dan bantuan pemerintah untuk membangun pembangkit listrik alternatif ini masih sangat jauh dari yang diharapkan, ada memang beberapa project atas inisiatif dan biaya pemerintah di KTI, tapi sayangnya terkesan diskontiniu, karena pemerintah hanya membelikan materialnya saja, masyarakat pengguna tidak diberikan keterampilan untuk memeliharanya, akibatnya sebagian warga tergolong miskin yang menerima bantuan tersebut malah rame-rame menjualnya kembali….

Hybrid, Solar Cell dan Wind Power

Texas Wind Power Project


Sumber Bacaan :

  1. How to Build Your Own Solar Cell - http://www.solideas.com
  2. Wind Power Montly Magazine - http://www.windpower-monthly.com
  3. America Wind Energy Association - http://www.awea.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar